Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

2019 itu...

Hai, semuanya. Selamat segala waktu. Tiga ratus enam puluh hari sudah selesai kita lalui. Apa yang membuat bahagia, patut untuk dipertahankan. Apa yang menyakitkan, sebaiknya diabaikan dan dijadikan pelajaran. Semua yang terjadi pasti beralasan, ada sebab akibat di baliknya. Waktunya mengambil langkah baru, menuju dekade selanjutnya yang (semoga) lebih baik. Gimana 2019 kalian? Menyenangkan? Menyedihkan? Memuakkan? Atau gimana? Apapun itu, semoga hidup kalian saat ini masih baik-baik saja, ya. Semoga kalian tetap dalam keadaan sehat, tidak dirundung masalah besar, dikelilingi orang-orang baik, dan yang paling penting selalu bahagia. Gimana 2019 gue? Hehe, sorry to say , but 2019 is fucking hard for me. Masalah nggak pernah absen datang di hidup gue. Satu selesai, satunya lagi datang. Mereka nggak pernah lelah buat bikin gue menyerah. Mereka nggak pernah capek buat bikin gue demotivasi, berhenti menjalani hidup, apapun itu. Masalah-masalah itu seakan ingin jadi teman baik

#2: Teruntuk Jiwa yang Kecewa

Minggu ke-46 tahun 2019. Satu hal yang baru kuketahui ketika sedang beranjak dewasa adalah kewajiban untuk menerima masalah. Iya, hanya menerima. Baru kusadari ternyata masalah kadang hadir tanpa sebuah solusi. Kita hanya perlu mengikhlaskan dan melupakan masalah itu, setidaknya untuk membuat kita sedikit lega. Ah, kata siapa? Lega memang. Namun, masalah itu tertimbun sedikit demi sedikit, dan duar .. tinggal menunggu waktu ia meledak dan merusak semuanya. Beberapa manusia memilih untuk mengabaikan masalah itu dengan melakukan hal yang secara tidak sadar merusak raganya. Katanya, rasa sakit itu tak sebanding dengan masalah yang menikam semangat hidupnya. Beberapa yang lain memilih untuk menyimpan masalah itu untuk dirinya sendiri, menangisinya tiap malam, hingga membuatnya terlelap dalam mimpi indah yang sayangnya hanya sekadar fatamorgana. Mari kuceritakan tentang seseorang yang pandai menyimpan masalahnya untuk dirinya sendiri. Dia orang yang cukup kuat, sangat kuat mungkin bisa kubi

Love For Sale 2: Membelokkan Ekspektasi Penonton

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Sesuai janji gue di ruang film sebelumnya, gue mau bikin ulasan film Love For Sale 2 , nih. Seneng banget deh untuk kedua kalinya bisa nulis ulasan film pas hari pertama rilisnya. Tulisan pertama gue yang bertepatan dengan hari pertama rilis film tuh tentang Bumi Manusia . Tulisan itu terbit di laman GenSindo. Sesuai dengan judulnya, Love For Sale 2 ini merupakan sekuel dari Love For Sale 1 yang rilis 2018 lalu. Tokoh utamanya tetap sama, yaitu Arini yang diperankan oleh Della Dartyan. Namun, kali ini lawan mainnya bukan Gading Marten lagi, melainkan Adipati Dolken yang memerankan Indra Tauhid alias Ican. Film ini bercerita tentang keinginan ibu Ican (diperankan oleh Ratna Riantiarno) agar Ican segera menikah. Ican yang tak tahan dengan tekanan tersebut akhirnya mencari perempuan sewaan melalui aplikasi Love.Inc. Dari sinilah, Ican dan Arini bertemu. Dari segi garis cerita, film yang berdurasi 92 menit ini berbeda dengan film pertaman

Apa yang Harus Dilakukan oleh Perempuan Berusia 21 Tahun?

Halo semuanya! Selamat segala waktu. Usia bertambah, pun dengan rasa resah. Mimpi-mimpi yang belum tercapai harus segera digapai. Jangan banyak menunda, takutnya sesal melanda. Banggakan mereka yang berhak dibahagiakan, abaikan mereka yang tak mempedulikan. Haha Najwa Shihab banget nggak sih pemilihan kata gue? Bunyi akhirnya selalu sama gitu. Apakah orangnya nanti juga akan seperti Najwa Shihab?  Halah ngomong apa sih gue, banyak ngelantur gini. Maklum, tambah tua tambah nggak jelas. Butuh pendamping hidup biar lebih jelas hidupnya. Biar lebih terang. Ya Allah, ini gue ngomong apa sih? Maafkan ya, pembaca virtualku. Akhir-akhir ini gue sibuk banget nggak ngerti lagi. Organisasi mulai susah diatur, kepanitiaan banyak banget maunya, belum lagi tugas-tugas yang keteteran. Baru menginjak umur 21 tahun aja rasanya udah gini banget, gimana hidup gue di umur selanjutnya nanti, ya? Ngomongin soal umur, apakah benar bahwa 21 tahun merupakan gerbang menuju kedewasaan? Apakah harus 21 tahun

Bebas: Film Ceria Pembawa Nostalgia

Hagologo segemugaaganyaga! Selamat segala waktu. Kok bahasa awal gue aneh ya? Ada yang tau nggak kenapa? Mungkin cuma beberapa yang tau ya, hehe. Itu tuh semacam bahasa gaulnya anak 90-an. Setiap suku kata ditambah 'ga/gi/gu/ge/go' sesuai bunyi sebelumnya. Kenapa gue jelasin itu? Karena hal itu ada kaitannya sama film yang akan gue review hari ini, yaitu film Bebas Film yang diadaptasi dari film Korea berjudul Sunny ini disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana. Film ini menceritakan enam tokoh, yaitu Kris, Vina, Gina, Suci, Jessica, dan Jojo, yang bersahabat sejak SMA. Mereka membuat geng bernama Bebas. Ketika dewasa, Kris sakit dan waktu hidupnya tinggal dua bulan lagi. Kris meminta pada Vina untuk mengumpulkan semua teman-temannya yang telah terpisah sebelum ia meninggal. Film yang rilis pada 3 Oktober ini dibintangi oleh banyak artis ternama Indonesia. Sebut saja Sheryl Sheinafia (Kris muda), Maizura (Vina muda), Agatha Pricilla (J

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

Lulusan UI Gaji 8 Juta Nggak Cukup?

Halo semuanya. Selamat segala waktu! Akhir-akhir ini, media sosial lagi ramai ngomongin Instagram story seseorang yang isinya tentang fresh graduate UI yang dapat tawaran gaji 8 juta dari perusahaan lokal. Dengan sombongnya, dia nggak terima dapat gaji segitu hanya dengan alasan kalau dia lulusan UI. Dia nggak mau disamain sama fresh graduate dari kampus lain. Jujur, gue nggak tau siapa yang bikin story itu. Tapi siapapun dia, SUMPAH LU SOMBONG BANGET, BEGEE!! Astaghfirullah. Nggak boleh gitu *ngelus dada* Cukup segitu aja hujatan gue ke dia karena dia udah dapet hujatan yang lebih banyak dan kejam dari warganet. Gue cuma mau nulis tanggapan gue mengenai hal tersebut. Karena gue berstatus mahasiswa tahun ketiga dan belum punya pengalaman magang atau kerja, jadi kalau misal ada yang salah dari tulisan gue ini, tolong dikoreksi di kolom komentar, ya. Pasti banyak dari kalian yang bilang kalo dia kurang bersyukur. Ya, emang benar. Gaji 8 juta untuk fresh graduate bukan angka yang

Ekspresimu Tanggung Jawabmu

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keberagaman. Mulai dari keberagaman suku, ras, agama, sampai dialek dapat kita temukan di tengah masyarakat. Begitu pun dengan keberagaman latar belakang sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik. Namun, ada satu keberagaman yang jarang disadari oleh masyarakat, yakni keberagaman ide dan pola pikir. Jumlah penduduk Indonesia berjumlah 264 juta jiwa (Bank Dunia, 2017). Dengan jumlah sebesar itu, tidak dapat dimungkiri bahwa masyarakat Indonesia memiliki ide dan pola pikir yang beragam sesuai dengan latar belakang mereka. Mereka juga memiliki cara masing-masing untuk mengungkapkan ide tersebut. Cara-cara tersebut berkaitan dengan kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pendapat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya). Jadi, kebebasan berekspresi adalah kebe

Habis Kuliah Mau Ke Mana?

Hai, semua! Selamat segala waktu. Udah hampir sebulan ini gue libur di rumah. Sebenarnya nggak bener-bener libur sih, karena waktu itu masih ada tanggungan satu tugas. Terus, baru aja kemaren Selasa dikasih tugas dadakan sama dosen yang terkenal killer di jurusan gue. Selain itu, gue harus tetep ngurus satu project di UKM gue. Tapi, orang tua gue taunya gue cuma tidur-makan-main HP gitu terus di rumah. Mereka nggak tau aja ini pikiran fokus ke gimana tim gue kerjain project -nya nanti hhmm. Nah, berhubung gue udah sampai di pertengahan jalan kuliah (kalau lulus tepat waktu, aamiin) dan orang tua gue taunya gue gabut, pada suatu hari pun mereka menanyakan sesuatu tentang masa depan gue. Bukan, bukan tentang kapan nikah dan sama siapa kok. Mereka bertanya, habis kuliah ini gue mau ke mana? Maksudnya, gue mau terjun ke mana, kerja di bidang apa, tinggal di mana, dan lain-lain. Pertanyaan itu secara nggak langsung membebani gue. Yaa walaupun gue tau, maksud orang tua gue nggak mungkin

Single Part 2: Kembalinya Ciri Khas Film Raditya Dika

Hai , semuanya. Selamat segala waktu! Minal aidzin wal faidzin semuanya! Maaf ya, gue sekarang jarang nulis di sini hehe. Seringnya sekarang nulis makalah tugas:) Selain itu, gue juga lagi buntu banget idenya. Bingung mau nulis apa. Terakhir nulis cerpen aja itu karena gue lagi ada perasaan yang gue nggak tau harus gue bagi ke siapa. Makanya, gue tulis dalam bentuk cerpen. Eh iya, ngomong-ngomong soal cerpen, gimana Ruang Cerita-nya? Bagus, nggak? Gue rasa gue bakal jarang nulis di Ruang Cerita karena gue cuma pengen cerpen gue tuh asal ceritanya daripada apa yang gue rasain atau alamin. Ya, semoga aja gue punya sesuatu yang menarik untuk dicerpenkan. Hehe.. Seperti tahun-tahun sebelumnya, selain banyak makanan, momen lebaran tuh pasti dipenuhi dengan film bioskop yang bisa kalian pilih buat ditonton bareng keluarga, temen lama, pacar, atau mantan kalau kalian mau. Dan sama seperti lebaran tahun lalu, pilihan film gue jatuh kepada filmnya Raditya Dika, Single Part 2 .