Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

#4: Perjumpaan

Aku rindu. Kala sore duduk di taman bersamamu. Angin lembut membelai pipiku, menggoyangkan rambutmu. Ia seakan ingin bergabung dalam obrolan seru kita. Tak ingin ketinggalan barang hanya satu kata. Obrolan itu tak pernah terencana. Lahir dan mengalir begitu saja. Kadang-kadang dimulai dari suatu pernyataan "seandainya". Mata kita menerawang jauh. Menembus batas-batas dimensi. Mengimajinasikan apa yang pantas diandaikan. Sesekali kita tertawa, sadar bahwa semua hanya ilusi belaka. Pernah juga suatu kali, obrolan kita terlalu dalam, hingga membuat salah satu di antara kita menangis. Tentang bagaimana hubungan kita nanti, tentang masa depan yang tak jelas, tentang semua yang abu-abu—topiknya tak jauh dari semua itu. Pernah juga tentang beban yang kita tanggung masing-masing: tanggung jawab di keluarga, beban moral yang entah asalnya dari mana, hingga kondisi mental kita. Tak jarang pula kita saling melempar opini. Baik aku maupun kamu tak ingin kalah. Kita beradu pendapat, kadan

Catatan Khusus Hari Kartini: Jadi Wanita Mandiri atau Bergantung pada Lelaki?

Halo, semuanya. Selamat segala waktu. Tentu kita tahu bahwa hari ini Indonesia sedang memperingati hari kelahiran salah satu pahlawan wanita di Indonesia. Apa lagi kalau bukan Hari Kartini. Seperti yang kita pelajari di buku Ilmu Pengetahuan Sosial sejak SD sampai SMA, Raden Ajeng Kartini merupakan sosok wanita yang memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia. Beliau berjuang lewat tulisan, salah satu yang terkenal adalah Habis Gelap Terbitlah Terang. Atas perjuangan wanita Jepara tersebut, wanita Indonesia kini dapat merasakan sisi manisnya. Mereka punya akses yang lebar dalam mengenyam pendidikan dan mendapat pekerjaan. Diskriminasi gender semakin berkurang. Walaupun kadang masih ada satu dua oknum yang menganggap bahwa wanita itu lemah. Sebut saja oknum itu sebagai kaum patriarki, hehe. Akses yang lebar ini tentunya turut mempengaruhi pola pikir kaum wanita. Ada yang mendeklarasikan diri sebagai wanita alfa, ada pula yang masih berpikir bahwa pemenuhan kebutuhannya adalah kewajiba