Langsung ke konten utama

Bebas: Film Ceria Pembawa Nostalgia

Hagologo segemugaaganyaga!
Selamat segala waktu.

Kok bahasa awal gue aneh ya? Ada yang tau nggak kenapa? Mungkin cuma beberapa yang tau ya, hehe. Itu tuh semacam bahasa gaulnya anak 90-an. Setiap suku kata ditambah 'ga/gi/gu/ge/go' sesuai bunyi sebelumnya. Kenapa gue jelasin itu? Karena hal itu ada kaitannya sama film yang akan gue review hari ini, yaitu film Bebas

Film yang diadaptasi dari film Korea berjudul Sunny ini disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana. Film ini menceritakan enam tokoh, yaitu Kris, Vina, Gina, Suci, Jessica, dan Jojo, yang bersahabat sejak SMA. Mereka membuat geng bernama Bebas. Ketika dewasa, Kris sakit dan waktu hidupnya tinggal dua bulan lagi. Kris meminta pada Vina untuk mengumpulkan semua teman-temannya yang telah terpisah sebelum ia meninggal.



Film yang rilis pada 3 Oktober ini dibintangi oleh banyak artis ternama Indonesia. Sebut saja Sheryl Sheinafia (Kris muda), Maizura (Vina muda), Agatha Pricilla (Jessica muda), Zulfa Maharani (Gina muda), Lutesha (Suci muda), Baskara Mahendra (Jojo muda), Susan Bachtiar (Kris dewasa), Marsha Timothy (Vina dewasa), Indy Barends (Jessica dewasa), Widi Mulia (Gina dewasa), dan Baim Wong (Jojo dewasa). Selain itu, pemeran pendukungnya juga nggak tanggung-tanggung loh, mulai dari Amanda Rawles, Giorgino Abraham, Brandon Salim, Sarah Sechan, Jefri Nichol, Cut Mini, Darius Sinathrya, Happy Salma, Oka Antara, hingga Reza Rahadian loh. Gila nggak tuh! Ini jadi sebuah bukti bahwa Miles Film nggak setengah-setengah dalam menggarap film yang berdurasi dua jam ini.

Walaupun film ini bergenre drama, tapi menurut gue bumbu drama dari film ini tuh kurang menonjol. Gue malah merasa kalau vibes dari film ini tuh ceria, cheerfull gitu. Karakter di film ini menggambarkan persahabatan yang bersatu lagi setelah lama berpisah. Bisa dibayangin nggak sih gimana perasaan kalian pas ketemu temen-temen lama kalian? Seneng pasti, kan? Nah, perasaan itu terlalu dominan di film ini, sehingga perasaan sedih yang seharusnya muncul karena salah satu tokoh yang sakit dan di beberapa adegan lain tidak terlalu terasa.

Film yang dikemas dengan latar 90-an ini berhasil memberi energi positif ke penonton sepanjang durasinya. Dengan didukung lagu latar era 90-an, film ini pantas punya jargon "Reuni di Bioskop."

Namun, jujur aja gue kurang related sama ceritanya karena gue baru lulus SMA dua tahun yang lalu hehe. Itu pun di SMA gue nggak punya geng. Sangat ansos sekali ya saya hehe. Selain itu, gue lebih suka sama yg versi Korea karena dramanya lebih dapet. Gue nangis pas nonton bagian akhir dari film Sunny.

Walaupun begitu, gue tetep mau ngasih 3 dari 5 bintang buat film Bebas karena sinematografinya mendukung semuanya. Walaupun latarnya tahun 90-an, color grading film ini nggak memberi kesan jadul. Apalagi di bagian akhir film, semua pemain melakukan flash mob dengan lagu Bebas yang dinyanyikan oleh Iwa K Colorfull dan cheerfull banget lah pokoknya.

Film ini gue rekomendasiin buat kalian tonton bareng temen-temen kalian, apalagi temen yang udah lama nggak ketemu. Boleh juga kalian rekomendasiin orang tua kalian biar nonton ini, biar mereka bisa nostalgia ke masa-masa SMA-nya hehe.

Oke, mungkin cukup sekian tulisan gue hari ini. Selanjutnya, insya Allah gue akan me-review film Love for Sale 2 karena udah gue agendain harus nonton pas hari pertama rilis hoho. Sampai jumpa di ruang selanjutnya dan selamat segala waktu.

Sumber gambar: imdb.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti

Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan. Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai. Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut . Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan