Langsung ke konten utama

Single Part 2: Kembalinya Ciri Khas Film Raditya Dika


Hai, semuanya. Selamat segala waktu!

Minal aidzin wal faidzin semuanya! Maaf ya, gue sekarang jarang nulis di sini hehe. Seringnya sekarang nulis makalah tugas:) Selain itu, gue juga lagi buntu banget idenya. Bingung mau nulis apa. Terakhir nulis cerpen aja itu karena gue lagi ada perasaan yang gue nggak tau harus gue bagi ke siapa. Makanya, gue tulis dalam bentuk cerpen.

Eh iya, ngomong-ngomong soal cerpen, gimana Ruang Cerita-nya? Bagus, nggak? Gue rasa gue bakal jarang nulis di Ruang Cerita karena gue cuma pengen cerpen gue tuh asal ceritanya daripada apa yang gue rasain atau alamin. Ya, semoga aja gue punya sesuatu yang menarik untuk dicerpenkan. Hehe..

Seperti tahun-tahun sebelumnya, selain banyak makanan, momen lebaran tuh pasti dipenuhi dengan film bioskop yang bisa kalian pilih buat ditonton bareng keluarga, temen lama, pacar, atau mantan kalau kalian mau. Dan sama seperti lebaran tahun lalu, pilihan film gue jatuh kepada filmnya Raditya Dika, Single Part 2.



Sesuai judulnya, film ini merupakan bagian kedua dari film Single yang rilis pada tahun 2015. Akan tetapi, Bang Dika bilang kalau Single Part 2 ini bisa ditonton tanpa kita harus menonton film yang pertama karena ceritanya beda. Yaa, gue setuju dan nggak setuju juga sih. Film ini bisa dibilang beda karena ada beberapa pemain baru yang muncul, seperti Yoga Arizona, Ridwan Remin, Arif Muhammad, dan Mentari Novel. Namun, pada intinya film ini tetap menceritakan kisahnya Ebi (Raditya Dika) dan Angel (Annisa Rawles). Makanya, kalau nggak nonton yang pertama, rasanya kurang afdol gitu.

Gue nggak mau panjang lebar nyeritain sinopsisnya karena web atau blog lain pasti menulis hal yang sama. Intinya, premis film ini adalah perjuangan Ebi untuk melepas status single-nya, tetapi dia bingung gimana memulainya. Gue mau me-review film ini sesuai sudut pandang gue. Mungkin akan sedikit spoiler, jadi pastiin kalian udah nonton Single Part 2 sebelum baca ini, ya (kalau belum nonton tapi tetep pengen baca ya, monggo:))

Menurut gue, film ini merupakan come back-nya Bang Dika setelah film Target (2018) gagal menarik perhatian para pecinta film Indonesia. Bang Dika kembali lagi dengan ciri khasnya sebagai sutradara sekaligus pemain film komedi romantis.

Selain itu, gaya penceritaan film ini juga beda dari film Bang Dika yang lain. Di tengah-tengah adegan 'serius', ada peralihan ke adegan 'penghibur' dari tempat yang berbeda. Gue nggak tau itu namanya teknik apa wkwk. Intinya tuh, pas kalian udah terlanjur serius nonton satu adegan nih, kalian akan dibawa ke adegan dari tempat lain yang membuat kalian tertawa. Jadi, switch scene gitu lah pokoknya.

Satu lagi yang beda dari film ini adalah, film ini ada adegan 18+ nya wkwkwk. Sumpah gue kaget banget pas nonton. Padahal labelnya 13+ loh, tapi kok ada adegan itu. Sebenarnya cuma ciuman sih, tapi gimana ya... Nonton aja lah pokoknya, biar tau sendiri wkwk.

Closing statement gue terhadap film ini adalah: GUE KESEL SAMA ENDING-NYA:(( Aduh, gimana, yaa. Gue pribadi sebenarnya nggak suka sama ending yang kayak gitu. Kesel aja gitu nontonnya. Tapi gue juga harus membatasi tulisan ini juga biar nggak terkesan spoiler karena tulisan ini baru tayang enam hari di bioskop:')

Terlepas dari ending yang ngeselin itu, gue tetap merekomendasikan kalian buat nonton Single Part 2. Dari segi penceritaannya, gue akui Bang Dika kembali ke ciri khasnya, tetapi dengan gaya yang berbeda. Dari gue, 8,5/10 buat film ini.

Oke, sekian Ruang Film kali ini. Sampai jumpa di ruang selanjutnya dan selamat segala waktu.

(Sumber gambar: IG @raditya_dika)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti

Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan. Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai. Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut . Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan