Langsung ke konten utama

Pesan Tersirat dalam Film Posesif

Hai, selamat segala waktu.

Buat kalian yg pacaran, pasti nggak asing dong sama kata posesif. Menurut kalian, apa sih posesif itu? Kalau menurut KBBI nih ya, posesif itu artinya bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu. Dari dua arti itu aja, kita bisa menyimpulkan bahwa posesif adalah sifat seseorang yang terlalu mencintai orang lain dan merasa bahwa cuma dia yang memilikinya. Karena perasaan itulah, timbul rasa cemburu kalau orang lain itu deket sama yg lain /oke ini bahasa gue agak belibet, tapi semoga kalian paham yaa/

Kenapa gue tiba-tiba ngomongin posesif? Apakah gue diposesifin sama cowok gue? Wkwk nggak kok. Gue mau ngomongin posesif karena gue habis nonton film Posesif. Wkwk telat banget nggak sih, itu film keluarnya kapan, gue nontonnya kapan. Tapi nggak ada kata terlambat kok buat menikmati film. Film kan tujuannya buat menghibur di segala waktu, bukan di waktu tertentu aja.

Disini, gue nggak bakal ngasih sinopsis filmnya. Gue cuma berusaha menyampaikana apa yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Spoiler banget sih? Gue bakal ati-ati deh nulisnya, biar gak dituduh spoiler wkwk.

Sebelumnya gue mau tanya, apa sih yang kalian identikkan sama posesif. Pasti mayoritas di antara kalian jawab posesif itu identik sama pacar. Yaa emang nggak bisa dipungkiri sih. Kalau menurut gue, setiap orang tuh berpotensi menjadi posesif, tapi dengan kadarnya masing-masing. Masa iyaa sih kalian nggak merasa kalau pacar kalian itu milik kalian? Masa iya sih kalian nggak cemburu kalau pacar kalian deket sama orang lain? Nggak mungkin banget kan.

Tapi, setelah gue nonton Posesif, gue jadi tau kalau ternyata sifat posesif itu nggak melulu soal pacar. Bisa aja nih ya, tanpa kita sadari, orang tua kita juga posesif sama kita. Dengan mereka menuntut kita sekolah atau kuliah dimana, menuntut kita buat jadi yang mereka mau, dan ngatur semua urusan kita, gue rasa itu adalah sifat posesif dari orang tua. Yaaa kan mereka yang ngehidupin kita, nggak masalah dong kalau mereka posesif. Wkwk beneran nggak masalah? Yakin sepanjang hidup kalian nanti kalian diatur mulu sama orang tua? Nggak diberi kesempatan buat memilih dan memutuskan? Nggak enak tau diposesifin hehe.

Bukan gue ngajarin kalian buat berani sama orang tua ya, tapi ini emang bukti. Gue mau berbagi cerita sedikit nih ke kalian. Dari awal gue punya niatan buat kuliah di PTN ternama di Depok, ayah udah ngerasa nggak seneng. Beliau selalu ngode gue buat jangan kuliah disana. Waktu itu gue disuruh kuliah kedinasan. Atau kalau tetep mau di PTN, gue disuruh kuliah di Malang, tempat ayah kuliah dulu. Oke gue turutin kemauan ayah dengan menempatkan PTN di Malang tadi di pilihan kedua. Pilihan pertamanya gue tetep kekeuh kuliah di Depok. Sampai akhirnya terjadi masalah yang bikin gue nggak mau keluar kamar dan nggak mau ngomong sama orang tua gue. Gue nangis aja tuh di dalem kamar. Gue tetep keras kepala sama pilihan gue.

Sampai pada suatu malam, gue berbincang-bincang sama orang tua gue. Gue jelasin semua kenapa gue mau ngambil PTN pilihan gue beserta jurusannya. Bahkan gue bikin komitmen sama mereka apa yang bakal gue lakuin kalau gue keterima disana. Dan yah, alhamdulilah keinginan gue dikabulin. Dan disinilah gue sekarang, di kampus yang selama ini gue impikan.

Kenapa gue sangkut pautin posesif dengan orang tua? Karena itu merupakan salah satu konflik yang ada di film Posesif. Selain keposesifan Yudhis (Adipati Dolken) terhadap Lala (Putri Marino) dan juga sebaliknya, film Posesif ini juga menampilkan konflik antara Lala dengan ayahnya, dan Yudhis dengan mamanya. Gue mau jelasin disini, tapi nanti dibilang spoiler._. Buat kalian yang kepo, tonton aja tuh Posesif. Buat kalian yang udah nonton, tau kan maksud gue hehe.

Film ini secara nggak langsung mengubah pandangan gue bahwa posesif bukanlah sebuah pelabelan yang berkaitan sama pacar. Bisa aja selama ini orang tua kita posesif, tapi kita nggak tau menamai sifat orang tua kita itu dengan sebutan apa. Nggak cuma orang tua aja loh, bisa aja temen, sahabat, kakak, adek, atau siapapun yang kita kenal dan deket sama kita ternyata ngeposesifin kita. Siapa tau, kan?

Selain itu, pesan inti yang gue tangkep dari film ini adalah "Posesif itu emang karena kita sayang sama seseorang. Tapi jangan sampai rasa sayang kita ke dia itu mengekang dia." Kalau kalian sayang sama seseorang, biarin lah mereka bebas. Bebas berteman dengan siapapun, ikut apapun, atau memutuskan untuk jadi apa dia nanti. Selama itu positif buat dia, yaa kita sebagai orang yang sayang sama dia cuma bisa ngedukung dan jadi orang yang selalu siap dengerin keluh kesah dia. Selain itu, dengan kalian membebaskan dia, kalian juga jadi tau apakah dia beneran serius sama kalian. Karena kalau sayang, sebebas-bebasnya dia, dia tau kemana dia harus pulang.

Akhir kata, gue rekomendasiin film Posesif ini buat kalian yang belum nonton. Buat kalian yang udah nonton tapi nggak nangkep pesannya, tonton aja lagi. Biar kalian nggak menyalahartikan apa itu posesif. Biar kalian tau juga, diposesifin itu nggak enak. Makanya jangan ngeposesifin orang wkwk.

Oiya, jangan download filmnya sembarangan yaaa. Kalian bisa tonton filmnya di Iflix. Kalau kalian nggak sempet nonton online, kalian bisa download filmnya dulu biar bisa ditonton secara offline.

Cukup sekian tulisan gue kali ini. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Sampai jumpa dan selamat segala waktu.

*sumber gambar : imdb.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti

Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan. Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai. Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut . Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan