Langsung ke konten utama

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti


Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan.

Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai.

Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut. Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan menjadi hal tabu untuk dimiliki oleh perempuan.

Perempuan seharusnya bisa sejajar dengan laki-laki. Perempuan mampu diajak bekerja sama, bernegosiasi, hingga berorganisasi. Karena perempuan tidak hanya sekadar ingin dimengerti, tetapi juga ingin diajak berdiskusi dan dihargai.

Selamat Hari Perempuan Internasional, untuk semua perempuan di dunia. Kalian cantik tanpa harus mengikuti standar kecantikan. Kalian kuat tanpa harus berotot. Kalian pantas untuk bahagia atas diri kalian sendiri, tanpa harus melibatkan laki-laki.

Jika kalian merasa dunia tak adil, jangan bungkam, lawan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Dear Nathan Hello Salma: Mental Illness dalam Kehidupan Remaja

Halooo. Selamat segala waktu! Setelah sekian lama nggak nulis tentang film karena kurang bahan dan gue rasa nggak ada yang perlu gue tulis, akhirnya gue dapet bahan dan nulis lagi. Kali ini yang bakal gue bahas adalah film yang masih anget nih, yaitu Dear Nathan Hello Salma . Di Ruang Film kali ini, gue mau nulis tentang sudut pandang masalah yang gue dapet dari film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama ini. Penasaran? Baca aja sampai selesai, ya! Dear Nathan Hello Salma ini merupakan film sekuel dari film Dear Nathan . Film ini menceritakan tentang hubungan Nathan (Jefri Nichol) dan Salma (Amanda Rawles) yang penuh dengan konflik dan terancam berakhir. Kehadiran tokoh baru seperti Rebecca (Susan Sameh), Papa Salma (Gito Gilas), dan Ridho (Devano Danendra) membuat konflik mereka penuh drama. Gue nggak mau menceritakan sinopsis karena itu udah terlalu mainstream . Yang mau gue bahas adalah salah satu sudut pandang yang menarik dari film ini, yaitu mental illness . Kalia