Coba tebak, apa yang sedang aku bayangkan sekarang?
Aku sedang membayangkan hari bahagiamu nanti. Dalam bayanganku, hari itu kau sangat terlihat tampan. Jas dan celana bahan putih menyelimuti tubuhmu yang agak gempal itu. Dasi berwarna hitam menyembul sedikit di antara kancing jasmu, seakan dia ingin jadi saksi betapa bahagianya kamu hari itu. Sepatu pantofel berwarna hitam mengkilat melengkapi penampilanmu. Tak lupa, peci putih menutup rambutmu yang lebat itu. Hhmm... aku rasa tanpa peci pun kamu sudah cukup menarik. Hanya perlu sedikit minyak rambut dan voila, kau bagai raja hari itu.
Aku bisa bayangkan seperti apa mempelaimu nanti. Gaun putih bersih dengan sedikit ornamen mutiara menutupi tubuh indahnya. Roknya yang mekar membuat high heels putihnya terlihat sedikit. Wajahnya dirias dengan natural, sesuai permintaanmu. Katamu, kamu ingin melihat wajahnya tanpa riasan berlebih pada hari bahagia kalian. Hijabnya ditata dengan sederhana, sesuai permintaanmu juga. Hari itu, perempuan anggun itu bagaikan pesanan yang siap kamu nikmati seumur hidupmu nanti.
Aku bayangkan kalian akan saling memandang satu sama lain. Senyum kalian mekar sepanjang hari. Tangannya tak akan kamu lepas barang hanya sedetik. Kalian tak akan sungkan-sungkan untuk memamerkan cincin di jari manis kalian pada hadirin yang datang. Semua gerak-gerik kalian diabadikan oleh fotografer profesional.
Aku berani yakin, perempuan itu bukan aku, walaupun aku menginginkannya.
Aku bukan sebaik-baik perempuan yang pantas mendampingimu di sana. Ada yang lebih baik, yang mungkin akan segera kautemukan. Ada yang lebih pantas untuk kaubahagiakan. Ada yang lebih cantik, yang lebih dapat kauharapkan.
Perempuan itu... dia akan lebih mampu membuat harimu dipenuhi kebahagiaan. Dia tak akan mengecewakanmu. Dia akan memperlakukanmu dengan baik. Dia sanggup memenuhi semua harapanmu. Mungkin, dia semacam bidadari tak bersayap yang akan dikirimkan padamu suatu saat nanti.
Sedang aku, pilu, penuh dengan kekecewaan. Amin paling seriusku untuk selalu bersamamu tak diterima oleh semesta. Semesta lebih memilih untuk membuatmu bahagia bersama yang lain. Semesta lebih menyayangimu.
Aku tak apa, sungguh. Hidupku sudah dipenuhi rasa sakit dan kehilanganmu cukup untuk menambah penderitaannya. Aku tak apa, sungguh. Melihatmu bahagia dengan yang lain sudah teramat sangat cukup untuk membuatku terluka.
--dari aku, yang panjatan doanya ditolak alam raya.
Komentar
Posting Komentar