Langsung ke konten utama

Corona, Oh.. Corona: Sedikit Opini Mengenai Covid-19

Halo semuanya! Selamat segala waktu.

Akhir-akhir ini, semua media, baik cetak maupun daring, berlomba-lomba memberikan kabar mengenai virus Covid-19 atau akrab disebut virus Corona. Virus yang datang dari China ini sudah menewaskan 4.940 jiwa dari total 131.627 kasus di seluruh dunia (https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/14/080000165/pelajaran-dari-pasien-sembuh-virus-corona--jangan-panik-berikut-kisahnya-?page=1). Sementara itu, belum ditemukan antivirus untuk menangkal virus tersebut.
Sumber ada pada gambar
Gue tidak akan banyak menulis mengenai virus itu karena gue nggak mau apa yang gue tulis ini salah dan berujung pada hoaks. Gue sadar diri kalau pengetahuan gue tentang virus itu masih sangat sedikit. Cukup kalian baca artikel dari WHO atau laman berita untuk mengetahui Corona lebih lanjut. Gue di sini cuma akan membagikan opini mengenai dampak yang gue rasain secara pribadi--atau mungkin yang dirasain juga sama mahasiswa kayak gue.

Beberapa waktu lalu, tepatnya Jumat, 13 Maret, sivitas akademika (siva) UI diramaikan dengan keluarnya surat edaran bertanda tangan rektor. Surat itu berisi tanggapan universitas mengenai masa pandemi Corona yang ditetapkan oleh WHO. Rektor membuat beberapa kebijakan untuk menghindari penyebaran virus tersebut di lingkungan UI, seperti melarang siva untuk pergi ke luar negeri jika tidak ada keperluan apapun, menyarankan siva untuk tidak pergi ke kampus apabila sedang tidak enak badan, dan mengimbau agar siva menerima Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Selengkapnya, kalian bisa baca surat itu di tautan berikut : bemui.id/SuratEdaranCovid-19

Kebijakan yang menuai pro kontra di kalangan mahasiswa adalah mengenai perubahan sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). UI memutuskan untuk meniadakan kuliah tatap muka sampai akhir semester genap, which is sampai Agustus. Sebagai gantinya, UI akan menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau biasa disebut kuliah daring mulai Rabu, 18 Maret nanti.

Namun, kegiatan praktik kayak praktik laboratorium, praktik klinik, praktik di industri, atau praktik di instansi tetep bisa diadakan dengan memastikan bahwa tempat praktiknya menerapkan upaya pencegahan penularan virus. Lalu, untuk praktik lapangan atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) lebih baik ditunda atau dialihkan ke metode pembelajaran yang lain. Kalau nggak bisa dialihkan, harus memastikan hal yang sama kayak kegiatan praktik yang lain. Agak kontradiktif sih emang, yang belajar teori diganti daring, sedangkan yang belajarnya praktik tetep ngampus. Hhmm...

Fyi, UI udah punya laman yang bisa mendukung kuliah online, namanya Scele (Student Center E-learning Enviroment) atau sekarang berganti nama menjadi Emas (E-learning Management Systems). Di Scele, kita bisa mengunduh materi yang diunggah oleh dosen, mengunggah tugas, dan berdiskusi layaknya group chat gitu. Kalau untuk Emas, gue belum pernah nyoba sih, tapi mungkin 11-12 sama Scele.

Masalah yang muncul adalah nggak semua mahasiswa punya akses internet yang cukup untuk melaksanakan PJJ. Selama ini, kami difasilitasi wifi kampus yang cukup kenceng buat ngerjain tugas. Kalau kalian bilang, "Ya kan tinggal ke kampus aja, nggak ada kelas bukan berarti nggak boleh ke kampus dong?" Itu hanya berlaku untuk mahasiswa yang tinggal di sekitaran UI, maksimal Jabodetabek lah. Anak rantau cant relate.

Kenapa gue bilang gitu? Kebijakan selanjutnya yang cukup menghebohkan adalah pihak universitas meminta mahasiswa yang tinggal di asrama atau kost sekitar UI untuk kembali ke rumah masing-masing. Kalau buat anak rantau, itu berarti mereka harus pulang kampung. Ya kalau deket, kalau jauh? Belum lagi, kebijakan ini dikeluarkan secara mendadak, pas tanggal pertengahan lagi. Kalau keadaan finansialnya udah otw bokek gimana?

Mereka tetep punya pilihan untuk nggak pulang sih. Akan tetapi, mereka harus bikin laporan ke kemahasiswaan fakultas biar selanjutnya kesehatan mereka dipantau. Hhmm... gimana ya. Positifnya ada yang memantau kesehatan mereka sih, tapi sedihnya kalau ternyata positif kena virus dan posisinya lagi sendiri di perantauan.

Bagi yang mau pulang, muncul masalah lagi. Gue nggak tau apakah ini cuma pikiran gue doang atau ada yang ngerasain hal yang sama, tapi gue mikir kalau gue pulang takutnya gue membawa virus itu. Setau gue, pihak UI nggak memfasilitasi mahasiswa yang mau pulang kampung untuk skrining kesehatan terlebih dahulu. Kalau mau cek mandiri juga harganya cukup mahal. Jadi yaa.. agak dilema juga, lebih baik pulang atau tetap tinggal. Semuanya jelas ada risikonya, tinggal mau milih yang mana.

Apapun itu pro kontra, kita harus tetep kembali ke esensi surat edaran itu bahwa pihak universitas peduli dengan sivanya. Kalau respon gue sendiri, jujur agak sedih juga karena itu mengganggu mobilitas gue sebagai mahasiswa (lebih tepatnya mengganggu keambisan gue wkwk). Gue nggak punya akses buat dapat sumber referensi dari perpustakaan kalau gue harus pulang kampung. Selain itu, goals gue yang udah gue susun buat semester ini jadi berantakan. Terus, ini nggak penting sih, tapi gue bakal LDR-an dalam waktu yang cukup lama😭 Tapi ya.. mau gimana lagi, sudah begini takdirnya:')

Sebenarnya, semua pertanyaan itu akan terjawab kemungkinan besok Senin sih. Pihak jurusan, asrama, dan berbagai pihak yang lain akan menetapkan kebijakan untuk menanggapi surat tersebut paling lambat hari Rabu mendatang. Jadi, untuk kalian yang anak UI, kita tunggu aja. Semoga semua pertanyaan itu segera terjawab.

Cukup sekian tulisan gue hari ini. Semoga kalian tetap aman dan jangan lupa selalu jaga kesehatan dan kebersihan. Jangan panik! Kalau kalian panik, kalian akan stres dan sistem imun kalian akan menurun. Setau gue, virus ini nyerang sistem imun gitu. Jadi, stay positive agar kalian tetep sehat wal afiat. Kalau merasa lagi nggak enak badan, sebaiknya mengisolasi diri atau segera ke dokter.

Selain itu, semoga para peneliti di luar sana segera menemukan antivirus atau obat buat virus ini. Semoga semua masalah ini segera mereda, biar keadaan dunia kembali pulih, biar kita nggak perlu takut lagi buat keluar rumah dan bertemu orang-orang. Sumpah, seansos-ansosnya gue, nggak enak anjir kalau harus di kamar terus:(

Oiya, ini semua cuma opini gue ya. Kalau ada yang nggak setuju dan mau menyanggah, atau kalau ada yang mau menambahkan, silakan tulis di kolom komentar. Kalau kenal gue, bisa hubungi lewat DM IG atau WA.

Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya dan selamat segala waktu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Dear Nathan Hello Salma: Mental Illness dalam Kehidupan Remaja

Halooo. Selamat segala waktu! Setelah sekian lama nggak nulis tentang film karena kurang bahan dan gue rasa nggak ada yang perlu gue tulis, akhirnya gue dapet bahan dan nulis lagi. Kali ini yang bakal gue bahas adalah film yang masih anget nih, yaitu Dear Nathan Hello Salma . Di Ruang Film kali ini, gue mau nulis tentang sudut pandang masalah yang gue dapet dari film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama ini. Penasaran? Baca aja sampai selesai, ya! Dear Nathan Hello Salma ini merupakan film sekuel dari film Dear Nathan . Film ini menceritakan tentang hubungan Nathan (Jefri Nichol) dan Salma (Amanda Rawles) yang penuh dengan konflik dan terancam berakhir. Kehadiran tokoh baru seperti Rebecca (Susan Sameh), Papa Salma (Gito Gilas), dan Ridho (Devano Danendra) membuat konflik mereka penuh drama. Gue nggak mau menceritakan sinopsis karena itu udah terlalu mainstream . Yang mau gue bahas adalah salah satu sudut pandang yang menarik dari film ini, yaitu mental illness . Kalia