Langsung ke konten utama

Ganti Nama!

Hai, selamat segala waktu.

Minggu pertama Februari udah terlewati, nih. Gimana? Udah mulai merasakan sesuatu nggak pada tahun 2020 ini? Kalau belum, wajarlah, baru lewat satu bulan. Sabar, ya. Masih ada ratusan hari lagi sebelum 2020 berakhir.

Bagaimana dengan gue? Hhmm... Gue masih dalam proses self-healing, self-forgiveness, dan self-self yang lain (kecuali self-blaming, self-harm, dan lain-lain yang sejenis tentunya). Sederhananya, gue sedang menata hidup. Tahun 2019 yang berat kemarin memberi banyak pelajaran ke gue dan tahun 2020 ini gue diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Mulai dari mana? Gue mulai berusaha menanamkan pikiran bahwa semua yang udah berlalu, biarlah berlalu. Menyalahkan diri sendiri nyatanya nggak menghasilkan apa-apa, malah bikin gue makin tersiksa. Gue udah sampai sini dan nggak mungkin putar balik. Jalani aja yang udah ada dengan cara yang lebih baik dan hati-hati tentunya. Oiya, pahami juga kalau masing-masing orang punya jalannya sendiri. Kecepatannya juga beda-beda. Jadi, enjoy the ride aja.

Oke, pada kesempatan ini, sebenarnya nggak ada pembahasan tertentu yang mau gue tulis. Bisa dibilang, gue pengin curhat haha. Nggak curhat juga sih, gue cuma pengin berbagi aja. Gue tau pembaca gue sedikit (dan makasih banyak buat kalian yang mau mampir♥️). Gue pun nulis blog juga iseng karena pengin menumpahkan pikiran gue supaya bisa dibaca orang. Gue juga nulis diary kalau gue pengen, yang cuma bisa gue baca sendiri. Mungkin menurut kalian itu jadul, tapi percayalah, nulis diary sambil nangis sesenggukan nyatanya bener-bener bisa melegakan perasaan gue setelah itu.

Kalau kalian tanya apakah gue nggak punya temen sampai-sampai nulis blog cuma buat berbagi aja, jawabannya adalah ya dan tidak. Ya, gue punya temen, tapi di kampus ya cuma temen yang sekadar buat tanya-tanya tentang kuliah aja, nggak bisa jadi "tempat sampah" gue. Sahabat gue jauh semua dan mereka punya kehidupan masing-masing. Gue masih menghubungi mereka sesekali kalau pas bener-bener pengen curhat dan nggak tau sama siapa. Untuk jawaban tidak, emang gue sebenarnya nggak punya temen. Selama hampir tiga tahun kuliah, gue lebih sering sama cowok gue. Bukan gue bucin, tapi emang gue juga memposisikan dia sebagai teman dan sahabat gue. Dia juga gitu, gue rasa. Gue bersyukur karena seenggaknya ada dia di kehidupan gue sekarang.

Apakah gue merasa kesepian? Jawabannya, tidak. Mungkin lebih tepatnya, jarang. Gue lebih suka melakukan apapun bersama diri gue sendiri. Merepotkan diri sendiri emang, tapi ya mau gimana lagi, gue nyamannya gitu. Gue mencoba untuk bodo amat sama anggapan orang karena kalau gue peduli, itu bakal bikin gue makin insecure.

Nggak cuma anggapan orang aja sih, media sosial (apalagi IG) gampang banget menebarkan virus insecure. Di sana tuh kayak jadi ajang pamer gitu, yang hidupnya lebih bahagia bakal dibalas dengan ratusan sampai ribuan like dan dipenuhi pujian di kolom komentar. Sayangnya, ajang tersebut nggak ada jurinya, penilaiannya subjektif, dan nggak bisa dimasukkan ke CV sebagai prestasi. Jadi ya, gue berusaha buat mengurangi main IG biar kadar insecurity gue juga berkurang.

Tunggu, ini kenapa jadi ngomongin gue sih? Nggak penting banget ya haha. Mending kita ngomongin blog ini. Nggak penting juga sih emang, tapi sekadar ngasih tau aja kalau alamat blog ini gue ganti dengan nama gue sendiri. Kenapa? Karena gue pengen membuktikan kalau tulisan yang ada di sini semuanya murni tulisan gue. Kalau ada yang tersinggung dan pengin protes, gue yang akan bertanggung jawab. Bonusnya, kalau pakai nama gue, orang jadi kenal gue dan makin suka nyinyirin gue wkwk. Canda sayang. 

Konsep "ruang" di sini juga akan gue ganti dalam waktu dekat. Gue takut aja gitu suatu hari nanti gue dapet surat peringatan dari Ruang Guru haha. Rencananya, gue juga pengen memonetisasi blog gue dengan pasang adsense. Gila nggak sih, udah pembacanya dikit, malah dikasih adsense wkwk. Namanya juga butuh rupiah ya:') Gue mungkin perlu juga buat belajar lagi soal tulis-menulis di internet, terutama tentang SEO-friendly, biar blog gue nggak tenggelam di Google.

Terus, untuk Ruang Cerita, mohon maaf banget karena gue jarang unggah cerpen. Gue lagi mempertimbangkan aja, lebih baik gue unggah di sini atau gue bikin akun Wattpad. Dua-duanya mungkin nggak masalah sih, coba nanti gue pikirin lagi ya.

Gue merasa gabut gitu semester ini (ya walaupun emang baru mulai kuliah sih). Lagi nyoba cari kerjaan sampingan, tapi belum dapat. Mungkin gue disuruh fokus kuliah dulu sama Tuhan. Tapi kalau kalian mau ngasih gue kerjaan dan mau bayar gue, selama gue bisa, gue mau. Kontak ke email gue aja langsung. Gue bisa nulis, ngedit teks, dan ngajar anak-anak.

Oke, cukup sekian nyampah gue yang teramat tidak penting ini. Makasih buat kalian yang udah mampir, walaupun mungkin kebanyakan dari kalian cuma scroll tanpa baca hehe. Makasih juga yang mendukung gue buat nulis sampai menyarankan buat bikin buku. Sedang gue pertimbangkan hehe.

Akhir kata, sampai jumpa di kesempatan berikutnya dan selamat segala waktu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti

Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan. Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai. Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut . Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan