Halo, semuanya. Selamat segala waktu! Gimana kabarnya? Gimana kehidupannya? Semoga kalian dan kehidupan kalian tetap baik-baik saja di tengah masa-masa yang sedang tidak baik-baik saja ini, ya. Enam bulan awal tahun 2020 ini mungkin memang terasa berbeda bagi banyak orang di seluruh dunia. Gimana nggak, kemunculan virus baru bernama Corona bener-bener mengganggu semua aspek kehidupan. Nggak usah jauh-jauh kita bahas soal ekonomi atau sosial deh, kehidupan pribadi kita aja bener-bener berubah abnormal: yang biasanya bisa belajar di sekolah atau kampus, sekarang cuma bisa belajar di rumah; yang biasanya kerja berangkat pagi pulang malem, sekarang cuma bisa ngerjain semuanya dari rumah, bahkan nggak sedikit juga yang harus dihentikan paksa oleh kantornya; yang biasanya bisa nongkrong sama temen-temennya, sekarang cuma bisa bersua via daring; yang biasanya punya jadwal kencan, sekarang cuma bisa video call- an. Dibilang kacau mungkin terlalu berlebihan, tapi keadaannya memang nggak sebaik
Aku sedang bertahan dengan manusia yang… kau tahu, rapuh. Entah sudah berapa banyak tenaga yang ia habiskan untuk bertahan hidup. Entah sudah berapa banyak kekuatan yang ia gunakan untuk berdiri dengan kakinya sendiri. Entah sudah berapa kali ia menghabiskan waktunya untuk meratapi dan mengasihani diri sendiri. Ia hanya butuh tempat untuk bernaung dan berteduh. Tempat untuk membasuh segala luka yang bekasnya tak mungkin bisa hilang. Tempat yang aman, nyaman, tentram, dan damai. Bukan rumah, melainkan seseorang. Aku mencalonkan diri sebagai orang yang mampu menyediakan semua fasilitas yang ia inginkan itu. Kau tahu, apa yang ia lakukan? Ia datang dengan senyum merekah dan tawa lebar, seakan ia tak membawa beban. Alih-alih fokus pada tujuan awalnya, ia malah membuat tujuan baru: membahagiakan aku. Ia selalu berhasil melukis senyum di wajahku, membuat tawaku tak pernah berhenti. Ia juga pernah membuatku menangis, marah, dan kecewa. Namun, ia selalu punya cara untuk membuatku kem