Langsung ke konten utama

#4: Perjumpaan

Aku rindu.

Kala sore duduk di taman bersamamu. Angin lembut membelai pipiku, menggoyangkan rambutmu. Ia seakan ingin bergabung dalam obrolan seru kita. Tak ingin ketinggalan barang hanya satu kata.

Obrolan itu tak pernah terencana. Lahir dan mengalir begitu saja. Kadang-kadang dimulai dari suatu pernyataan "seandainya". Mata kita menerawang jauh. Menembus batas-batas dimensi. Mengimajinasikan apa yang pantas diandaikan. Sesekali kita tertawa, sadar bahwa semua hanya ilusi belaka.

Pernah juga suatu kali, obrolan kita terlalu dalam, hingga membuat salah satu di antara kita menangis. Tentang bagaimana hubungan kita nanti, tentang masa depan yang tak jelas, tentang semua yang abu-abu—topiknya tak jauh dari semua itu. Pernah juga tentang beban yang kita tanggung masing-masing: tanggung jawab di keluarga, beban moral yang entah asalnya dari mana, hingga kondisi mental kita.

Tak jarang pula kita saling melempar opini. Baik aku maupun kamu tak ingin kalah. Kita beradu pendapat, kadang disertai emosi. Hingga akhirnya kita perlu diam beberapa saat untuk meredamnya. Angin pun tak berani mengganggu kebungkaman kita.

***

Aku rindu.

Aku suka ketika berdialog denganmu. Matamu tak pernah menunjukkan keraguan. Mulutmu selalu yakin dengan apa yang kau ucapkan. Pernahkah kau sadar bahwa aku selalu tersenyum melihatnya? Ah, kurasa tidak. Kau selalu asik tenggelam dalam untaian kata-katamu itu. Tak masalah bagiku, aku senang melihatmu senangnya.

Aku suka caramu membuatku tertawa. Kadang aku lepas kendali hingga tawaku terlalu keras. Kau selalu menegurku, tapi aku tetap tak bisa menahan tawa karena kekonyolanmu.

Aku juga suka tawamu. Suka sekali. Senyum dan tawamu adalah candu bagiku. Mungkin terdengar berlebihan, tapi memang begitu keadaannya. Aku ingin melihatmu selalu bahagia.

Hal yang kubenci adalah ketika melihatmu sedih atau bungkam menahan emosi. Kau tahu, kata-kataku tak pernah cukup untuk menghibur atau sekadar menenangkanmu. Aku selalu gagal, maka aku memilih diam. Bukan karena tak peduli, aku hanya tak ingin melukai.

***

Aku rindu.

Di akhir obrolan, kau selalu memegang tanganku, menatapku begitu dalam, lalu berbisik, "Terima kasih." Kau tahu, harusnya aku yang berterima kasih. Kehadiranmu membuat semuanya terasa berbeda. Hanya saja, aku tak kuasa mengatakannya.

Semua harus diselesaikan ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Kita harus segera beranjak karena angin semakin dingin. Kau menggandeng tanganku dan tersenyum usil, membuatku geli dan memukul pelan lenganmu. Tanganmu kugenggam semakin erat seakan tak ingin kau pergi.

Angin malam mulai bertiup. Motormu melaju pelan agar aku tak kedinginan. Sementara aku di belakangmu memeluk dan menyandarkan kepala di bahumu. Ah, aku dapat mencium aromamu di sana. Nyaman sekali rasanya.

***

Aku rindu perjumpaan itu: hadirmu, senyummu, tawamu, sedihmu, tangismu, marahmu, debatmu, candamu, hiburmu, genggammu, pelukmu, apa lagi? Bisakah kau bantu menyebutkannya? Aku rindu semuanya.


—teruntuk lelaki yang selama tiga puluh purnama telah menemani, terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Dear Nathan Hello Salma: Mental Illness dalam Kehidupan Remaja

Halooo. Selamat segala waktu! Setelah sekian lama nggak nulis tentang film karena kurang bahan dan gue rasa nggak ada yang perlu gue tulis, akhirnya gue dapet bahan dan nulis lagi. Kali ini yang bakal gue bahas adalah film yang masih anget nih, yaitu Dear Nathan Hello Salma . Di Ruang Film kali ini, gue mau nulis tentang sudut pandang masalah yang gue dapet dari film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama ini. Penasaran? Baca aja sampai selesai, ya! Dear Nathan Hello Salma ini merupakan film sekuel dari film Dear Nathan . Film ini menceritakan tentang hubungan Nathan (Jefri Nichol) dan Salma (Amanda Rawles) yang penuh dengan konflik dan terancam berakhir. Kehadiran tokoh baru seperti Rebecca (Susan Sameh), Papa Salma (Gito Gilas), dan Ridho (Devano Danendra) membuat konflik mereka penuh drama. Gue nggak mau menceritakan sinopsis karena itu udah terlalu mainstream . Yang mau gue bahas adalah salah satu sudut pandang yang menarik dari film ini, yaitu mental illness . Kalia