Langsung ke konten utama

#5: Rapuh

Aku sedang bertahan dengan manusia yang… kau tahu, rapuh.

Entah sudah berapa banyak tenaga yang ia habiskan untuk bertahan hidup. Entah sudah berapa banyak kekuatan yang ia gunakan untuk berdiri dengan kakinya sendiri. Entah sudah berapa kali ia menghabiskan waktunya untuk meratapi dan mengasihani diri sendiri.

Ia hanya butuh tempat untuk bernaung dan berteduh. Tempat untuk membasuh segala luka yang bekasnya tak mungkin bisa hilang. Tempat yang aman, nyaman, tentram, dan damai. Bukan rumah, melainkan seseorang.

Aku mencalonkan diri sebagai orang yang mampu menyediakan semua fasilitas yang ia inginkan itu. Kau tahu, apa yang ia lakukan? Ia datang dengan senyum merekah dan tawa lebar, seakan ia tak membawa beban. Alih-alih fokus pada tujuan awalnya, ia malah membuat tujuan baru: membahagiakan aku.

Ia selalu berhasil melukis senyum di wajahku, membuat tawaku tak pernah berhenti. Ia juga pernah membuatku menangis, marah, dan kecewa. Namun, ia selalu punya cara untuk membuatku kembali. Iya, ia seperti itu.

Sedang aku yang seharusnya menyediakan fasilitas itu, malah asyik terbuai. Aku lupa, seharusnya aku juga membahagiakannya. Ia asyik membelai lembut aku. Aku hilang kendali, seharusnya ini tak terjadi.

Hingga akhirnya, lukanya kembali menganga. Kali ini, ia tidak lagi datang dengan senyum merekah atau tawa lebar. Ia membawa setumpuk amarah, menagih semua fasilitas yang pernah kutawarkan. Memintaku ini itu, membuatku kalut tak menentu.

Pernah inginku pergi, tapi berat hati. Meninggalkanya sendiri terlalu keji. Aku tak ingin ia dibunuh sepi.

Ketika aku bercermin pada bola matanya, pada akhirnya kusadari juga bahwa lukaku tak kalah lebar. Sudah membusuk karena terlalu lama kupendam. Yang tersisa hanya perih ketika bersentuhan dengan air mata. Bukan bermaksud melombakan ini: siapa yang lukanya paling sakit, dialah yang paling kasihan. Namun, yah… tak bisa kupungkiri, aku juga membutuhkan fasilitas yang sama.

Aku sedang bertahan dengan manusia yang rapuh, dengan kondisi diri yang tak kalah rapuh. Apa yang bisa diharapkan selain mengunci diri berdua dan berusaha saling membahagiakan? Itu pun kalau dia setuju. Kalau tidak, pilihan terakhir adalah kembali menyepi sendiri, berharap ada orang yang akan menawarkan fasilitas itu lagi.

Sementara ini, kuucapkan terima kasih atas pertahananmu sejauh ini. Kamu kuat di tengah kelemahanmu. Kuharap akan selalu begitu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Dear Nathan Hello Salma: Mental Illness dalam Kehidupan Remaja

Halooo. Selamat segala waktu! Setelah sekian lama nggak nulis tentang film karena kurang bahan dan gue rasa nggak ada yang perlu gue tulis, akhirnya gue dapet bahan dan nulis lagi. Kali ini yang bakal gue bahas adalah film yang masih anget nih, yaitu Dear Nathan Hello Salma . Di Ruang Film kali ini, gue mau nulis tentang sudut pandang masalah yang gue dapet dari film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama ini. Penasaran? Baca aja sampai selesai, ya! Dear Nathan Hello Salma ini merupakan film sekuel dari film Dear Nathan . Film ini menceritakan tentang hubungan Nathan (Jefri Nichol) dan Salma (Amanda Rawles) yang penuh dengan konflik dan terancam berakhir. Kehadiran tokoh baru seperti Rebecca (Susan Sameh), Papa Salma (Gito Gilas), dan Ridho (Devano Danendra) membuat konflik mereka penuh drama. Gue nggak mau menceritakan sinopsis karena itu udah terlalu mainstream . Yang mau gue bahas adalah salah satu sudut pandang yang menarik dari film ini, yaitu mental illness . Kalia