Langsung ke konten utama

Film Target, Sebuah Upaya Raditya Dika Keluar dari Zona Nyaman

Hai kalian. Selamat segala waktu!

Libur lebaran emang selalu jadi momen yang pas buat kumpul bareng keluarga. Tapi bosen juga ya, kalau kumpulnya di rumah doang. Beberapa kegiatan bisa jadi opsi buat ngisi liburan kali ini, kayak piknik ke tempat yang baru, wisata kuliner, sampai nonton film di bioskop. Nah kebetulan banget nih, di bioskop lagi banyak film yang lagi main, baik dari dalam maupun luar negeri. Kalian bisa tuh, ngehabisin THR dengan maraton film haha.

Salah satu film yang bisa jadi pilihan buat ditonton bareng temen, keluarga, pacar, mantan, atau siapapun terserah kalian adalah film Target. Yap, film yang bergenre action thriller comedy ini disutradarai oleh Raditya Dika. Film ini menceritakan sembilan orang artis yang diundang untuk syuting film, namun yang terjadi adalah mereka harus mengikuti permainan misterius yang dapat membahayakan nyawa mereka.

Film yang berdurasi 1 jam 33 menit ini diperankan oleh sembilan artis yang di antaranya merupakan magician, stand up comedian dan youtuber. Mereka adalah Cinta Laura, Willy Dozan, Samuel Rizal, Anggika Bolsterli, Romy Rafael, Hifdzi Khoir, Abdur Arsyad, Ria Ricis, dan tentunya Raditya Dika sendiri. Mereka pun memerankan karakter diri mereka masing-masing, walaupun ada beberapa karakter yang diubah. Seperti Willy Dozan yang terkenal sebagai aktor laga menjadi sosok yang keperempuanan.

Gue nggak mau ngasih tau banyak-banyak tentang ceritanya karena film ini emang nggak seru kalo di-spoiler-in. Di tulisan kali ini, gue mau mengulas film tersebut secara jujur. Mungkin kesannya bakal subyektif, tapi ini apa adanya dan nggak bermaksud apapun.

Seperti film-film Bang Dika sebelumnya, film Target tetap memiliki bumbu komedi. Tampaknya Bang Dika ingin berusaha keluar dari zona nyamannya dalam membuat film dengan membuat komedi di dalamnya tidak terkesan mendominasi. Namun, karena si komedi ini nggak mendominasi film, lucunya pun terkesan setengah-setengah. Kalau anak-anak zaman sekarang nyebutnya receh.

Bisa dibilang, film Target ini garis ceritanya hampir sama dengan film Hangout (2016). Namun, yang agak berbeda adalah plot twist-nya. Sepanjang film gue menebak-nebak siapa dalang dibalik permainan misterius tersebut. Gue kira bakal sama kayak Hangout, ternyata tebakan gue salah.  Kalau kalian kepo, sabi lah nonton filmnya hehe.

Menurut gue, sebenernya Bang Dika ini hampir berhasil keluar dari zona nyamannya. Gue menikmati sekali perpaduan action dan thriller yang ada di dalam film. Tapi karena ada komedi yang setengah-setengah tadi di beberapa adegan, feel itu pun hilang. Walaupun gue ngerti pasti maksudnya ini biar adegannya nggak terlalu kaku. Tapi secara keseluruhan, Bang Dika berhasil mengemas percobaannya itu dengan apik.

Satu lagi, gue suka aktingnya Cinta Laura. Dia seakan keluar dari cerita karena ketika yang lain melucu, ia menjadi tokoh yang serius dan menghayati peran sebagai wanita yang berani menghadapi segala permainan membahayakan itu. Kerja bagus!

Gue tekanin sekali lagi ya, ini murni ulasan jujur dari gue pribadi. Setiap orang punya selera dan opini yang berbeda-beda, dan inilah opini gue. Terakhir, kalau gue punya 5 bintang, gue mau kasih 3 bintang buat film Target. Keren, Bang Dika! Semoga penontonnya tembus target yaa.

Oke, sekian tulisan gue kali ini. Terimakasih udah meluangkan waktu buat membaca. Sampai jumpa di ruang selanjutnya dan selamat liburan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat...

Corona, Oh.. Corona: Sedikit Opini Mengenai Covid-19

Halo semuanya! Selamat segala waktu. Akhir-akhir ini, semua media, baik cetak maupun daring, berlomba-lomba memberikan kabar mengenai virus Covid-19 atau akrab disebut virus Corona. Virus yang datang dari China ini sudah menewaskan 4.940 jiwa dari total 131.627 kasus di seluruh dunia ( https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/14/080000165/pelajaran-dari-pasien-sembuh-virus-corona--jangan-panik-berikut-kisahnya-?page=1 ). Sementara itu, belum ditemukan antivirus untuk menangkal virus tersebut. Sumber ada pada gambar Gue tidak akan banyak menulis mengenai virus itu karena gue nggak mau apa yang gue tulis ini salah dan berujung pada hoaks. Gue sadar diri kalau pengetahuan gue tentang virus itu masih sangat sedikit. Cukup kalian baca artikel dari WHO atau laman berita untuk mengetahui Corona lebih lanjut. Gue di sini cuma akan membagikan opini mengenai dampak yang gue rasain secara pribadi--atau mungkin yang dirasain juga sama mahasiswa kayak gue. Beberapa waktu lalu, tepatnya Jum...

Catatan Khusus Hari Kartini: Jadi Wanita Mandiri atau Bergantung pada Lelaki?

Halo, semuanya. Selamat segala waktu. Tentu kita tahu bahwa hari ini Indonesia sedang memperingati hari kelahiran salah satu pahlawan wanita di Indonesia. Apa lagi kalau bukan Hari Kartini. Seperti yang kita pelajari di buku Ilmu Pengetahuan Sosial sejak SD sampai SMA, Raden Ajeng Kartini merupakan sosok wanita yang memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia. Beliau berjuang lewat tulisan, salah satu yang terkenal adalah Habis Gelap Terbitlah Terang. Atas perjuangan wanita Jepara tersebut, wanita Indonesia kini dapat merasakan sisi manisnya. Mereka punya akses yang lebar dalam mengenyam pendidikan dan mendapat pekerjaan. Diskriminasi gender semakin berkurang. Walaupun kadang masih ada satu dua oknum yang menganggap bahwa wanita itu lemah. Sebut saja oknum itu sebagai kaum patriarki, hehe. Akses yang lebar ini tentunya turut mempengaruhi pola pikir kaum wanita. Ada yang mendeklarasikan diri sebagai wanita alfa, ada pula yang masih berpikir bahwa pemenuhan kebutuhannya adalah kewajiba...