Langsung ke konten utama

Aku Ingin Berhenti Mencari, Tapi...

Hai kalian. Selamat segala waktu!

Gue percaya, manusia tuh diciptakan buat selalu mencari dan mencari. Manusia adalah makhluk yang punya rasa puas yang nggak terbatas. Sekali dia dapet yang bikin dia seneng, dia bakal nyari yang lebih bisa bikin dia seneng lagi dan lagi.

Lalu, bagaimana jika manusia ingin berhenti mencari karena ia udah merasa menemukan atau ditemukan?

Oke, gue tau ini klise, tapi perasaan macam itu sering muncul ketika manusia menemukan cintanya. Jika seseorang udah nemuin pasangan yang sekiranya cocok dan bikin dia nyaman, dia bakal nulis atau setidaknya ngomong dalam hati, "Yang ini aja, Tuhan." Seakan-akan pencariannya udah berakhir. Padahal dia nggak tau, bisa aja itu semua cuma sementara. Bisa aja mereka nggak berjodoh, maybe.

Dan bagi mereka yang merasa udah 'ditemukan', yaa mereka nggak bakal mencari. Effortless. Mereka udah nyaman menjadi kaum penunggu, yang berharap ditemukan tanpa perlu mencari. Padahal dia nggak tau, bisa aja dia ditemukan sama orang yang nggak tepat buat dia. Bisa aja mereka nggak cocok, maybe.

Tapi, poin yang gue bahas disini bukan tentang jodoh kok. Gue mau bahas tentang pencarian itu sendiri. Iyaa, sesuai dengan judulnya. Gue pengen berhenti mencari (terutama berhenti nyari pasangan karena gue udah bilang "Yang ini aja, Tuhan" *gadeng). Tapi kembali ke hakikat awal, manusia diciptakan untuk terus dan terus mencari. Sampai batas waktunya tiba (baca: mati).

Mencari punya tujuan buat menemukan sesuatu. Sesuatu yang dituju, sesuatu yang dianggap berharga. Ada dua jenis objek yang bisa ditemukan, objek nyata dan objek abstrak. Objek nyata tuh contohnya pasangan, uang, kerjaan, dan lain sebagainya yang tampak mata. Biasanya, objek nyata ini bersifat keduniawian. Berbeda dengan objek abstrak. Objek abstrak ini nggak tampak mata dan biasanya cuma si pencari yang tau apa objek itu.

Gue kasih contoh yang relevan di hidup kalian, para budak cinta *haha. Contohnya adalah mencari cara agar bisa jadi yang pasangan inginkan. Objek yang dicari disini adalah 'cara' dan hal tersebut adalah hal yang abstrak. Hanya si pencari yang tau gimananya 'cara'nya itu.

Nah, yang mau gue bahas disini adalah tentang apa yang kita cari selama satu bulan ini. Kita puasa, kita banyakin ibadah, kita ngehabisin waktu buat i'tikaf di masjid. Itu semua buat apa? Apa yang kita inginkan dari kegiatan-kegiatan itu?

Ini emang klise sih, tapi tujuan dari itu semua adalah mencari. Yang paling gampang disebutin adalah mencari pahala, sedangkan yang sering disebutin tapi sebenernya punya makna abstrak adalah kemenangan. Kemenangan dalam rangka apa? Orang kita nggak ikut lomba apapun kan, ngapain berharap menang?

Menurut pandangan gue, kemenangan disini artinya kemenangan dalam melawan hawa nafsu, menyelesaikan puasa dengan baik, menjalankan ibadah dengan tepat, dan melakukan kebaikan yang lain. Semua itu adalah cara yang dapat kita lakukan agar kita mendapatkan kemenangan. Kemenangan lahir dan batin. Yaa walaupun sebenarnya cuma Allah yang tau balasan yang pantes buat kita tuh apa dan seberapa, tapi setidaknya kita udah ngelakuin semua itu dengan ikhlas.

Intinya, manusia itu emang diciptakan buat mencari. Mencari kepuasan, mencari kesenangan, mencari kemenangan. Kalau kita udah nemuin kemenangan itu di bulan ini, jangan berpuas diri dulu. Kita masih harus mencari cara untuk mempertahankan kemenangan itu. Atau enggak, memperbaiki apa yang belum diperbaiki. Selagi masih ada waktu. Selagi masih ada kesempatan. Sampai akhirnya nanti kita harus berhenti mencari.

Bukannya gue sok agamis atau apa, tapi satu bulan yang udah kita lalui itu emang momen yang pas buat mencari kemenangan itu. Yaaa walaupun gue tau kalian pasti udah ngerti sih. Kalau nggak ngerti juga coba baca ulang. Nggak ngerti lagi? Yaudah tanya aja langsung ke gue, kali aja cocok *eh.

Last but not least, mumpung momennya pas juga, gue sebagai pemilik Ruang Retorik ini mengucapkan selamat Idul Fitri buat semuanyaa. Buat yang baca tulisan gue tanpa pernah ketemu gue, mohon maaf apabila tulisan gue membuat kalian tersinggung atau lain sebagainya yang nggak enak di hati kalian. Buat yang sering ketemu gue, mohon maaf lahir batin kalau gue ada salah perkataan dan perbuatan selama berinteraksi dengan kalian. Yaa walaupun gue orangnya sering minta maaf sih hehe.

Oke, sekian tulisan gue kali ini. Terimakasih udah meluangkan waktu buat membaca. Sampai jumpa di ruang selanjutnya. Sekali lagi, selamat berlebaran!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti

Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan. Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai. Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut . Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan