Langsung ke konten utama

Relationship Goals Itu...

Hai, selamat segala waktu!

Akhir-akhir ini, gue sering banget liat di explore Instagram posting-an beberapa pasangan selebgram yang memamerkan kemesraan. Itu sebenarnya udah lama ada sih, tapi nggak tau kenapa jadi sering muncul di explore gue. Ada beberapa temen gue juga yang ngunggah posting-an mereka di story dan disertai tulisan seperti 'gemesh', 'lucu banget', dan lain-lain yang mencerminkan bahwa mereka mengagumi kemesraan itu. Mereka itu juga pasangan yang macem-macem, ada yang cuma pacaran, ada juga yang udah nikah (tapi nikahnya nikah muda). Nggak tau kenapa, ada yang gue resahkan ketika menonton mereka. Gue nggak tau apakah kalian juga punya keresahan yang sama atau nggak, tapi gue pengen membagikan keresahan gue ini.

Fyi, gue nggak jomblo. Gue punya hubungan yang udah berjalan lebih dari 12 bulan. Sebagai orang yang menjalin hubungan, nggak mungkin dong gue nggak punya masalah sama pasangan gue. Bahkan, hampir setiap hari ada aja yang kami perdebatkan. Gue sama cowok gue ini emang beda. Gue cenderung realistis, sedangkan dia idealis. Jadi, masalah tuh udah jadi makanan kami setiap harinya.

Dia selalu beranggapan kalau nggak penting banget mengumbar kemesraan di media sosial. Dia itu jaraaaaanggg banget update story, apalagi update tentang gue. Pernah suatu hari gue kesel banget sama idealnya itu. Maksud gue, kami kan pacaran ya, tapi kenapa dia terkesan nggak mau membawa gue ke dunia mayanya?

Gue lihat beberapa temen gue yang gemar banget posting segala tentang pasangannya. Seakan dia mau menunjukkan kalau mereka tuh pasangan yang bahagia. Ada juga temen gue yang update story tentang pasangan selebgram yang dia sukai. Yaa.. mungkin dia menjadikan itu sebagai kiblatnya dalam berpacaran atau lagi ngode pacarnya biar hubungannya kayak gitu kali, ya? Sementara gue, baru bikin puisi galau aja udah dibilang drama sama cowok gue😭 Yaampun, untung sayang dahh.

Gue tidak akan menceritakan hubungan gue lebih lanjut sih. Gue cuma pengin menganalisis apa yang gue lihat. Jadi, saat ini ada dua pihak, katakanlah pihak A dan pihak B. Pihak A adalah pasangan yang nggak segan buat mengumbar kemesraan mereka di media sosial, berharap mereka dapat menjadi kiblat bahwa "pacaran tuh kek gini, loh!". Sementara itu, pihak B adalah mereka-mereka (biasanya cewek) yang mendambakan hubungan seperti pihak A ini. Pihak B pasti punya dambaan masing-masing, dia pengin punya hubungan dan pasangan yang seperti apa. Jadi, bisa dibilang kalau pihak A adalah pencipta imaji, sedangkan B adalah mereka yang gemar berimajinasi. Pihak A membawa harapan seakan B pasti bisa punya hubungan kayak pihak A. Padahal, nggak sama sekali.

Sebagai orang yang realistis, gue percaya bahwa nggak ada yang bisa dijadikan dasar sebagai relationship goals. Masing-masing pasangan pasti punya goals sendiri, pasangan lain pasti nggak bisa meniru. Gue tidak berharap gue dan cowok gue dikenal punya hubungan yang baik. Buat apa gitu, loh? Cukup kami yang tau hubungan kami seperti apa. Cukup kami juga yang membentuk goals kami sendiri, orang lain nggak perlu tau. Seharusnya kalian juga seperti itu sih. Kalau emang kalian pengen menuntut pasangan kalian, ya dituntut aja sesuai apa yang kalian mau. Jangan dituntut sesuai apa yang ingin dilihat orang-orang. Tapi jangan keseringan nuntut juga sih, kan kasian:)

Makin ke sini, gue makin bisa menerima pemikiran cowok gue, bahwa emang percuma mengumbar kemesraan di depan publik. Kalau itu semua cuma topeng terus aslinya bobrok kan malu sendiri juga. Capek cuy ngehapusin postingan Instagram tuh, apalagi kalau udah bikin feed bagus-bagus. Di Instagram gue aja cuma ada satu foto sama cowok gue, di Instagram cowok gue malah nggak ada foto gue:) yaemang seidealistis itu orangnya. Sekali nggak mau, dipaksa bagaimanapun tetep nggak bakal mau.

Apakah gue akan menghakimi pihak A yang berhasil membuat imaji untuk kaum-kaum tuna asrama di negara berkembang ini. Jawabannya adalah, iya gue pengin, tapi siapalah gue:) Tapi tolong lah, kalian yang gemar pamer. Hubungan itu nggak ada yang sempurna, jadi jangan terlalu sering berlagak kalau hubungan kalian tuh sempurna. Syukur-syukur kalau udah nikah dan punya anak, kalau cuma pacaran terus kalian putus nanti ya yang malu kan kalian sendiri. Kasihan juga kan yang jomblo, mereka nggak bisa apa-apa. Yaa gue tau sih, kalian pasti pengin dianggap hubungan kalian itu bahagia. Tapi gimana yaa.. Ah, bodo amat lah. Ngapain ngurusin hubungan orang lain, hubungan gue aja masih banyak yang harus diperbaiki.

Jadi, menurut gue, relationship goals itu ada, tapi nggak ada dasar pakemnya. Buat aja goals kalian sendiri, jangan meniru pasangan lain. Gue yakin, walaupun nggak sempurna, tapi pasti kalian bakal bahagia kok😊

Oke, cukup sekian nyampah gue kali ini. Terima kasih sudah menyempatkan waktu buat membaca. Selamat segala waktu!

*tulisan ini ditulis ketika hujan deras turun di UI, selepas melihat beberapa postingan pasangan di Instagram yang memamerkan kemesraan*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti

Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan. Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai. Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut . Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan