Langsung ke konten utama

Bosen? Ini Obatnya...

Hai, kalian! Selamat segala waktu!

Udah lama banget ya gue nggak nyapa kalian. Kangen nggak? Enggak? Yaudah makasih:)

Btw, pernah nggak sih kalian ngerasain bosen sama sesuatu? Bosen sama tugas sekolah atau kuliah yang nggak kelar-kelar. Bosen sama kerjaan yg itu-itu aja. Bosen sama hidup yang klise dan monoton. Bosen ngejomblo. Bosen pacaran gitu-gitu aja. Intinya bosen sama apapun deh. Pasti pernah, kan? Bahkan pasti ada yang sering ngerasain itu. Hhmm... kira-kira kenapa ya?

Menurut KBBI, bosen (kata bakunya bosan) berarti sudah tidak suka lagi karena sudah terlalu sering atau banyak. Bosen ini bisa kita rasain karena beberapa faktor. Misalnya karena sesuatu yang berjalan begitu-begitu aja, terlalu sering menjalani atau menikmati sesuatu berulang-ulang, atau mungkin keinginan untuk keluar dari zona nyaman. Nahh sebenernya tuh wajar nggak sih kalau kita terlalu sering bosen sama sesuatu?

Dikutip dari fakta.news, sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa 63% generasi milenial (which is generasi kita) bosen dengan hidupnya sendiri. Penelitian itu berdasarkan jajak pendapat dari 1.000 orang dewasa di Inggris yang berusia antara 18 dan 70 tahun.

Nah, berarti udah jelas kan kalo manusia, apalagi yang lagi mengalami masa-masa remaja yang labil gini, pastilah ngerasain apa yang namanya bosen. Gue juga sering kok bosen sama sesuatu, apalagi gue orangnya moody. Blog ini tercipta juga karena kebosanan gue sama kehidupan. Gue bosen ngeliat orang ngebacot nggak jelas tanpa jelas apa esensinya. Daripada gue ikut-ikutan kayak mereka, mending gue bikin blog, terus nulis semua yang terpikirkan disini. Kan jelas tuh esensinya apa, hehe.

Karena sekarang kita lagi ngomongin bosen, mari kita bedah bosen dari segala aspek kehidupan satu-persatu. Disertai solusi juga tentunya. Semua yang gue tulis disini berdasarkan pengalaman pribadi, jadi nggak papa ya kalau nanti ada curcolnya hehe.

Pertama, bosen sama sekolah/kuliah
Ini nih, gue sering banget ngerasain ini. Cari pelarian di kegiatan kepanitiaan atau organisasi pun malah bikin tambah jenuh. Mau lari dari masalah pun nggak bisa karena makin hari tugas makin banyak, ditambah tuntutan guru/dosen yang makin menjadi-jadi. Bener-bener bikin tertekan. Tapi gue punya solusinya. Kan kalau kuliah ada jatah absen tuh, nah biasanya gue memanfaatkan itu pas lagi bosen-bosennya. Biasanya sih menjelang ujian atau tugas akhir. Gue pake jatah absen itu buat refreshing. Gue main kemana yang gue mau, gue ngehedon makan apa aja yang gue pengen. Pokoknya bener-bener gue manfaatin buat seneng-seneng. Tapi semua itu ada konsekuensinya. Kalau udah selesai seneng-senengnya, mau nggak mau gue harus nyiapin waktu longgar bahkan sampe begadang buat ngelarin semua tugas dan deadline dari dosen gue. Emang sih bakal capek, tapi kalo kita mau berkomitmen capeknya nggak bakal kerasa kok.

Kedua, bosen ngejomblo. Gue pernah ngerasain itu dulu (iya dulu wkwk). Gue bener-bener bosen jalan sendiri, nggak ada temen chat, dan nggak punya pasangan buat nge-date. Bahkan gue sampe sebel sama temen gue yang punya pacar saking bosennya gue ngejomblo. Tapi gue berusaha buat menikmati masa-masa itu, apalagi pas SMA. Masa SMA gue emang dipenuhi sama belajar dan kegiatan ekskul. Gue jarang banget nongkrong sama temen-temen gue. Pacaran aja juga enggak. Tapi sisi positifnya adalah sekarang gue bisa jadi apa yang gue mau, dapet univ yang gue inginkan. Jadi poinnya adalah kalau kalian bisa memanfaatkan kebosanan kalian ke hal yang positif, pasti hasil akhirnya juga menguntungkan buat kalian.

Ketiga, bosen pacaran. Ternyata pacaran ada bosennya juga yaa wkwk. Nih, gue mau berbagi cerita. Gue pacaran belum genap setahun, tapi rasanya kayak udah lama banget. Gimana nggak kerasa lama, hampir tiap hari gue ketemu doi mulu di kampus karena kebetulan gue dan doi satu jurusan dan bahkan sering satu kelas. Hampir tiap hari pula gue berantem sama doi, entah secara langsung atau lewat chat. Sampe akhirnya gue bener-bener bosen sama dia. Begitu juga sebaliknya, dia pernah bahkan lebih sering bosen sama gue. Selain itu, gue dan doi sering LDR-an karena setiap libur kuliah gue selalu pulkam. Puncak bosen sering terjadi pas LDR gini (kayak sekarang hehe).

Gimana solusinya? Jujur sebenarnya nggak ada solusi khusus dalam mengatasi kebosanan dalam hubungan kalau menurut gue. Semua itu masalah komitmen. Bosen sama orangnya bukan berarti bosen sama hubungannya, begitupun sebaliknya. Kalau gue sih selalu mencoba terbuka dan bilang kalau gue lagi bosen sama doi, doi juga sering bilang gitu. Selain itu, kalau bosen, kami selalu cari ruang buat sendiri. Nanti pasti juga bakal kangen. Intinya, bosen itu bukan alasan buat berpisah, tapi buat memperbaiki hubungan biar lebih baik lagi.

Terakhir, bosen hidup. Yap, ini jenis bosen yang paling sering dirasain sama manusia jaman now. Saking padetnya kehidupan mereka, mereka sampe ngerasa bosen hidup, bahkan pengen mati! Kenapa gitu loh? Bosen hidup bukan berarti harus mati, kan? Kalau kalian ngerasa bosen hidup, coba deh keluar dari zona nyaman kalian. Mencoba hal baru yang belum pernah kalian rasain, atau mungkin mencoba menantang diri kalian buat ngelakuin hal-hal yang belum pernah kalian pikirkan sebelumnya. Dari situ kalian pasti bisa mikir, mana yang lebih enak: tetep tinggal di zona nyaman walaupun bosen atau hidup menantang di luar zona nyaman yang belum kalian ketahui baik buruknya buat kalian.

Jadi, inti tulisan panjang ini adalah bosen bukan alasan buat berhenti, tapi istirahat. Istirahat dari apa yang biasa kalian lakuin. Setelah istirahat, kalian harus balik ke jalan kalian lagi. Sama kayak tulisan ini yang gue tulis karena gue bosen liburan nggak ada kerjaan. Abis nulis paling balik ke rutinitas biasanya, bermalas-malasan :v

Cukup sekian dulu deh tulisan nyampah gue kali ini. Terimakasih sudah meluangkan waktunya buat membaca. Sampai jumpa di ruang berikutnya, ya! Selamat segala waktu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Setelah Tiga Kali Gagal Nonton Show Cerita Cintaku Raditya Dika, Akhirnya...

Hai, semuanya! Selamat segala waktu. Kalian tahu special show -nya Bang Raditya Dika yang tajuknya Cerita Cintaku, nggak? Itu, tuh, yang sering jadi trending di Youtube. Videonya sih cuma tentang Bang Dika pas baca dan roasting cerita cintanya penonton sih, karena emang Bang Dika kayaknya nggak mau menggunggah show -nya secara lengkap. Jadi, bisa dibilang kalau stand up comedy -nya Bang Dika tahun ini tuh beda dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun Bang Dika biasanya selalu menggunggah SUCRD di Youtube, tapi tahun ini tour special show -nya itu videonya dijual di website Cerita Cintaku. Kalian cek aja sendiri deh, kalau gue sertain hyperlink -nya di sini ntar disangkain ngendorse, heuheu . Gue sebagai.. ya, bisa dikatakan penggemarnya Bang Dika, pastinya merasa antusias dengan show ini dong. Apalagi, menurut gue harga tiketnya bisa dibilang terjangkau untuk ukuran komika level Raditya Dika. Namun, keantusiasan gue ini juga diiringi dengan rasa males dan gampang lupanya gue b

Catatan Aksi 24 September 2019

Halo, semuanya! Selamat segala waktu. Dua hari yang lalu, tepatnya 23 September 2019, beberapa daerah di Indonesia mengadakan aksi mahasiswa, ada Jogja dengan #GejayanMemanggil, ada Solo dengan #BengawanMelawan, ada Surabaya dengan #SurabayaMenggugat, dan lain-lain. Aksi-aksi tersebut dilakukan dalam rangka menggugat agar diadakannya revisi UU KPK dan menolak RKUHP. Para demonstran didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus. Sebelumnya, minggu lalu, tepatnya Selasa, 17 September, telah diadakan aksi serupa. Namun, aksi tersebut fokus pada penolakan RUU KPK dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Aksi tersebut dinamai dengan aksi Reformasi Dikorupsi dan diadakan di depan Gedung DPR/MPR. Kemarin. Selasa, 24 September, telah berlangsung aksi besar-besaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Terdapat puluhan kampus yang bergabung dalam aksi Tuntaskan Reformasi tersebut. Bisa dibilang, aksi ini lebih besar dari aksi sebelumnya karena bertepat

IWD 2020 #EachForEqual: Karena Wanita Tak Hanya Sekadar Ingin Dimengerti

Jadi perempuan itu bagaikan dua sisi koin. Di satu sisi, perempuan itu punya privilese untuk dijaga, dilindungi, diperlakukan dengan lembut, dan diagungkan kecantikannya. Namun, di sisi lain, privilese itu bisa saja jadi lingkaran setan bagi mereka. Harus dijaga dan dilindungi, nanti dianggap lemah. Harus diperlakukan dengan lembut, nanti dianggap manja. Diagungkan kecantikannya, akhirnya muncul standar kecantikan yang dikompetisikan. Jadi perempuan itu (katanya) harus serba bisa. Bisa sekolah tinggi dan cari uang sendiri akan dianggap pandai. Namun, kerjaan rumah harus tetap selesai, mengurus anak tak boleh lalai, dan menyenangkan suami di ranjang harus piawai. Sayangnya, jadi perempuan itu punya banyak risiko: jadi korban marginalisasi dan subordinasi, jadi objek seksualitas, suaranya kurang didengar, didiskriminasi, dibatasi ruang geraknya, dan resiko lain yang mewarnai hidupnya. Perempuan dituntut untuk manut . Dilarang membangkang, apalagi memberontak. Kebebasan seakan